Tidak Ada Terakhir Dalam Diam
Ketika memikirkanmu, menyimpanmu dalam hati. Aku berpikir kau lah yang terbaik seakan cinta terakhir dalam hidup. Hari-hari ku habiskan hanya untuk berpikir tentangmu sedang apa, dimana kamu dengan siapa. Lalu tersenyum dan sedih tanpa sebab yang menjadi rutinitas tanpa batas. Tak ada seorangpun yang berhasil menyadarkan waktuku yang terbunuh dengan sia.
Aku tau aku berlebihan, aku tau aku hanya merobek hatiku sendiri perlahan. Dan aku menikmatinya. Satu bulan, enam bulan, satu tahun, dua tahun perasaanku tetap sama dan usahaku tak pernah ada. Diam, satu-satunya cara yang kuyakini benar hingga aku mulai merasa lelah dengan apa yang aku benarkan. Apakah aku memutuskan melangkah? tentu tidak. Aku diam. Diam-diam mencari subjek baru, untuk ku robek kembali hatiku. Kesekian kalinya dengan dia yang silih berganti. Kuganti sendiri, diam-diam.
Seiring berjalan waktu selalu saja aku merasa tersadar. Aku ingin melangkah lagi, mencari subjek baru. Agar tidak terlalu lama seperti yang pertama. Apakah aku memang tercipta hanya untuk diam? diam-diam menyukaimu? diam-diam merindukanmu? diam-diam membencimu? diam-diam melupakanmu hingga aku diam-diam menemukan yang lain. Untuk kukagumi dalam diam. Entah kali keberapa....
Komentar
Posting Komentar